“You guys seriously have spectacular country!”
Seorang turis pria asal Skotlandia menyapa dengan kalimat di atas. Kami tak sengaja berpapasan ketika mencapai salah satu jenjang bukit Taman Nasional Komodo dalam waktu bersamaan. Sambil meringkas senyum ramah-tamah saya menjawab, “Pleasure to have you here, mate!”.
Hingga catatan perjalanan ini ditulis, entitas Taman Nasional Komodo masih diakui sebagai satu dari New 7 Wonders (7 Keajaiban Dunia) kategori “Nature”. Herannya, saya membuktikan sendiri, bahwa jumlah wisatawan lokal yang mengunjungi kalah telak dibanding wisatawan mancanegara. Klasik ya? Tapi sampai kapan ironi semacam ini mau dimaklumi?

Bersama Artha, Apit, Melinus, dan Mustakim, kami berlima sengaja memilih pengarungan laut dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lalu berakhir di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Niat mulianya, supaya makin banyak pulau dan titik taman bawah laut yang bisa dieksplorasi. Tapi sungguh, saya tidak merekomendasikan jalur ini. Pertama, durasi kapal berlayar terlalu panjang dan melelahkan (4 hari 3 malam). Kedua, kondisi laut pasang pada malam hari betul-betul menguji fisik dan mental, tak peduli berapa butir pun obat anti mabuk yang sudah ditenggak. Ketiga, beberapa persinggahan garis nautikal NTB seperti Pulau Moyo dan Pulau Satonda, ternyata tempatnya biasa saja (2 kolase foto di bawah). Tidak ada yang istimewa. Jadi jika hanya punya waktu terbatas, lebih baik pilih lintasan langsung ke Labuan Bajo saja. I’m brutally honest, remember?

Perjuangan terombang-ambing tadi akan bisa dinikmati hasilnya ketika sudah memasuki kawasan NTT. Atas nama seorang perempuan yang terlahir pribumi, saya bertekuk lutut mencintai gores lansekap Taman Nasional Komodo habis-habisan. I just can not shield myself from the magic of my sparkling eyes when I’m staring something I really love. And it happened. There. So here, let me breakdown my personal point of TOP 5 THINGS YOU SHOULD DO IN KOMODO:
1. TREKKING TIME



Sejak nonton film Atambua 39° Celcius garapan Riri Riza, saya dibuat penasaran dengan profil perbukitan serta daratan Flores. Nah apa yang ditawarkan Taman Nasional Komodo seperti Gili Laba, adalah bentuk representatifnya. Corak tanah tandus kecokelatan. Bukit-bukit berarak tegap, menyembul ke permukaan laut dengan beribu wujud. Banjar belukar bercampur dengan butiran pasir kasar. Mayoritas pulau bisa dimanfaatkan untuk kegiatan trekking ringan, namun menyodorkan buai visual maha dahsyat. Bawalah 2 jenis alas kaki selama penjelajahan. Sepatu trekking atau sandal gunung untuk beraktivitas pagi hingga siang hari. Flip Flop untuk bersantai sore dan malam hari.
2. BERENANG SAMPAI JARI KERIPUT




Formasi terumbu karang pada zona dangkal (<10 meter untuk snorkeling atau free dive) tidak terlalu bervariasi. Hilir-mudik ikan juga tidak terlalu banyak. Selama di sana, saya lebih sering menghabiskan waktu berenang mendekati tubir pantai, dari matahari terbit lalu tenggelam. Sampai kesepuluh jari tangan keriput kedinginan. Oh iya, coba juga berenang melewati Manta Point ya, karena saya sempat bertemu dengan 3 ekor Manta Hitam berukuran seperti Plasma TV 42 inch! Hahaha rela deh pulang-pulang kulitnya gosong.
3. MEET THE DRAGON




Ayo kenalan sama jagoannya. Predator purba terbesar dunia dan cuma ada di Indonesia. Kadal raksasa ini bisa mengendus mangsa meski dari jarak jauh sekalipun. Jumlahnya sendiri justru lebih banyak di Pulau Rinca (Loh Buaya) ketimbang Pulau Komodo. Ini disebabkan habitat Pulau Rinca yang memang lebih rapat. Pertengahan tahun seperti masa kunjungan saya, juga dicatat sebagai musim kawin antara jantan dan betina. Kata Naturalist Guide rombongan saya yang ganteng itu loh ya (sumpah ganteng!).
4. IKAN KERAPU KUAH ASAM PEDAS

Apalah artinya traveling tanpa mencicipi racikan dapur tradisional. Just when I’m having my epiphany. This place will serve you a mouth-watering signature food. Jika sudah mendarat, sempatkan diri untuk menginap (Excotic Komodo Hotel, Jalan Yohanes Sehadeun, sangat memuaskan). Kemudian rasakan degup pasar kuliner malam Labuan Bajo. Pesan 1 menu andalan mereka yaitu Ikan Kerapu Kuah Asam Pedas. Daging berprotein segar, lembut, kekentalan kuah dikuasai gurih rempah dan asam tomat. Duh! Elus-elus perut.
5. NGOPI
Yang sudah sering jalan-jalan sama saya pasti hapal. Berburu kopi hukumnya wajib. Tidak dipungkiri biji Kopi Flores kian digilai berkat kekentalan tinggi dan karamel alamiah hasil endapan pegunungan. Tak kurang 3000 ton jenis ini diekspor ke Amerika Serikat setiap tahun! Jadi berhentilah berpikir nongkrong di coffee shop itu demi westernisasi. Lah wong budaya ngopi dan komoditas kopinya milik pribumi.

Begitu kiranya primadona laut Sumbawa versi saya. Sampai jumpa di rumah-rumah Neptunus berikutnya. Jelajahi negeri dengan tawa.
Read more about travel stories ➸ Menyerbu Gunung Batu
19 September 2015
Lokasi: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Foto: Andyna, Artha Sagitta, Apit Demiska
3 thoughts on “KOMODO: Primadona Laut Sumbawa”